“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah
ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit
dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus,
maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu
semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Home» opini» Spirit Hijrah di Tahun Baru
Islam Admin: Duta Islam Dimuat: Senin, 10 Oktober 2016 A- A+ Allah beserta
orang-orang yang bertakwa.” (QS. At Taubah (9):36).
Tahun baru Islam atau kita
kenal dengan tahun hijriyah diresmikan oleh khalifah Umar bin Khattab (586-590
- 644 M, menjadi khalifah 634 - 644 M), kholifah kedua khulafaurrosyidin ini
menetapkan tahun hijriyah sebagai sistem penanggalan resmi Islam.
Kala itu, ada
beberapa usulan penetuan awal tahun hijriyah. Ada yang mengusulkan penghitungan
dimulai dari hari lahir Rasulullah, dari diangkatnya Nabi Muhammad menjadi
Rasul dan ada juga yang mengusulkan dihitung mulai dari wafat Rasulullah.
Sahabat Ali bin Abi Thalib akhirnya mengusulkan penghitungan tahun hijriyah
dimulai dari Hijrah Nabi
Muhammad dari Makkah ke Madinah (638M/17H) dan
disetujui oleh forum musyawarah.
Dalam penentuan sistem kalender masehi,
permulaan hari dimulai pukul 00.00, berbeda dengan penentuan awal mula hari
dalam sistem kalender hijriyah yang dimulai jam.18.00 (terbenamnya matahari di
waktu setempat).
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus
sinodik bulan kalender lunar (Qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan,
bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).
Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11
hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi. Faktanya, siklus sinodik bulan
memang bervariasi.
Di Islam, semuanya menggunakan kalender Hijriyah, mulai dari
penentuan awal bulan (sebagai contoh awal bulan Ramadhan & Syawwal) dan
lain sebagainya. Di antara 12 bulan hijriyah ada 4 bulan yang dimuliakan (bulan
haram) yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram, Rajab, dalam bulan yang
diharamkan itu ada empat, tiga bulan diantaranya berurutan, sedangkan satunya
lagi terpisah (rajab). Hal ini tiada lain demi menunaikan ibadah haji dan
umroh.
Maka diharamkan (disucikan) satu bulan sebelum haji (Dzulqo’dah), karena
bulan itu bulan istirahat dan tidak perang dan persiapan melaksanakan ibadah
haji, dan bulan Dzulhijjah disucikan karena bulan menunaikan ibadah haji
(wuquf). Kemudian disucikan bulan sesudahnya (Muharram) karena orang-orang yang
telah melaksanakan haji pulang ke negerinya dan berkumpul lagi dengan
keluarganya dalam keadaan aman. Kemudian disucikannya bulan Rajab untuk
melakukan ibadah umrah dari daerah yang jauh dari Negara Arab.
Dalam bulan
muharram terdapat spirit hijrah, hijrah berarti Õ á Ò berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lain, Quraish Syihab mengartikan hijrah adalah upaya menciptakan kehidupan yang
lebih baik di segala bidang, bukan dimaknai berperang. Bagi bangsa Indonesia
dimaknai untuk lebih mencintai tanah air demi menciptakan negeri yang adil,
damai dan sejahtera.
Dalam spirit hijrah terdapat beberapa poin: 1) niat; 2)
perencanaan yang matang; 3) kebersamaan; 4) pengorbanan. Pertama, niat ada di
dalam hati, hanya dia (pelaku) dan Allah yang tahu, segala perbuatan apapun
tergantung dengan niatnya, niat adalah ruh dalam amal. Suatu pekerjaan
akan dicatat sebagai amal saleh, buruk atau sia-sia tergantung pada niatnya,
Rosulullah bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya, dan
sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.
Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan RasulNya. Dan siapa yang hijrahnya
menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang ia niatkan (HR.
Bukhari-Muslim).
Banyak orang melakukan kegiatan dunia tapi mempunyai efek
ukhrowi, demikian pula sebaliknya, kabar baiknya umat Muhammad mendapatkan
keringanan yaitu jika berniat baik tapi belum jadi melaksanakan niat tersebut
sudah tercatat sebagai ibadah, dan sebaliknya jika berniat jelek dan tidak
dilaksanakan niatan tersebut maka tidak tercatat sebagai perbuatan jahat.
Kedua, perencanaan: di dalam merencanakan hijrah butuh perencanaan dan hitungan
yang matang, ibarat tujuan jelas dan sesuatu untuk mencapai tujuan juga sudah
diperhitungkan dengan matang dan akurat, sehinggat tercipta optimisme dalam
hijrah; Ketiga, kebersamaan: kegiatan seberat apapun jika diselesaikan secara
bersama maka akan terasa lebih ringan, momentum hijrah juga mempunyai nilai
kebersamaan umat Islam yang pada awalnya di Makkah karena tidak aman maka
hijrah ke Madinah secara bersama-sama.
Kebersamaan juga berarti kekuatan,
ibarat sapu lidi jika satu atau dua maka mudah dipatahkan namun sapu lidi jika
disatukan akan lebih kuat dan mempunyai fungsi yang jelas. Kebersamaan juga
mempunyai arti persatuan seperti firman Allah: Wa'tashimu bihablillahi jami'aw
wala tafarraqu, wadzkuru ni'matallahi 'alaikum idz kuntum a'da-an fa-allafa
baina qulubikum fa ashbahtum bini'matihi ikhwana / Berpegang teguhlah kamu
sekalian kepada ''tali'' Allah, dan jangan berpecah belah/bercerai berai. Dan tunjukkanlah nikmat Allah
atasmu dan Ingatlah ketika kamu sekalian saling bermusuhan, maka Allah
melunakkan hati di antara kamu, maka menjadilah kamu bersaudara (Ali
Imron:103).
Keempat, rela berkoban. Rata-rata manusia suka dengan kenyamanan,
maka hijrah dari satu tempat ke tempat lain merupakan sesuatu yang tidak
nyaman, sastrawan George Bernard Shaw menulis: “Only two percent of the people
think; three percent of the people think they think; and ninety five percent of
the people would rather die than think”. Hanya 2% manusia yang berfikir, dan 3
% yang berfikir bahwa mereka telah berfikir dan 95% selebihnya yang memilih
lebih baik mati ketimbang berfikir.
Orang yang berfikir seperti seorang
“driver” yang mengetahui arah tujuan, mengantarkan para “passenger” ke arah tujuan
dan siap mengambil resiko dari setiap keputusannya, seorang yang mempunyai jiwa
driver biasanya anti kemapanan dan selalu mempunyai inisiatif, selalu tidak
puas dengan keadaan yang sekarang, mereka selalu mempunyai navigasi dalam
membawa gerbong ke arah tujuan dan mempunyai jiwa melayani kepada orang lain,
dia selalu memikirkan orang lain terlebih dahulu, selalu mendengarkan orang
lain dan peduli dengan orang lain serta merekalah yang mempunyai jiwa tanggung
jawab dan tidak suka menyalahkan orang lain tidak berbelit-belit atau menutupi
kesalahan sendiri (Renald Kasali, 2016:41-42).
Para tokoh besar di seluruh
dunia mempunyai jiwa driver dan mempunyai spirit hijrah, Nabi Muhammad mampu
membangun Madinah al Munawwaroh berawal dari hijrah, Imam Syafi’I, KH. Hasyim
Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, dan tokoh-tokoh lain menjadi orang-orang besar
setelah mereka berhijrah, Imam Syafi’i (150- 204 H) berkata: "Berdiam
diri, stagnan, dan menetap di tempat mukim, sejatinya bukanlah peristirahatan
bagi mereka pemilik akal & adab, maka berkenalah, tinggalkan negerimu
(daerahmu) demi menuntut ilmu & kemuliaan".
"Safarilah engkau
akan menemukan pengganti orang-orang yang engkau tinggalkan, berpeluhlah engkau
dalam usaha dan upaya, karena lezatnya kehidupan baru terasa setelah engkau
merasakan payah & peluh dalam bekerja dan berusaha" mari kita
berhijrah di tahun baru hijriyah! Wallahu a’lam.
Penullis : Abdullah
Hamid, dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, mahasiswa Pascasarjana Universitas
Negeri Malang
Sumber : http://www.dutaislam.com/2016/10/spirit-hijrah-di-tahun-baru-islam.html
0 Response to "Semangat Hijrah di Tahun Baru Islam"
Post a Comment